Legenda Nyi Roro Kidul – Bab 2: Perjalanan ke Istana Bawah Laut

 

Legenda Nyi Roro Kidul – Bab 2: Perjalanan ke Istana Bawah Laut

Tertelan Lautan

Tubuh Arga terombang-ambing. Pusaran air menariknya ke dalam kegelapan yang dalam, lebih pekat daripada malam tanpa bulan. Ia berusaha menjerit, namun suara tenggelam ditelan arus.

Tiba-tiba, cahaya hijau kebiruan muncul di sekelilingnya. Bukannya tenggelam, ia justru terasa melayang. Seolah-olah laut itu bukan air, melainkan ruang kosong yang membawanya turun semakin jauh.

Arga memejamkan mata. Hatinya berdegup kencang—antara takut mati dan rindu menemukan kakaknya.


Gerbang Kristal Laut

Saat membuka mata, Arga mendapati dirinya berdiri di dasar laut yang aneh. Ia masih bisa bernapas, meski tubuhnya basah kuyup. Di hadapannya berdiri gerbang raksasa dari kristal biru, menjulang seperti istana yang terbuat dari cahaya.

Di sekitar gerbang, ikan-ikan berwarna emas berenang dengan tenang. Namun ada sesuatu yang membuat bulu kuduknya merinding: ikan-ikan itu punya mata manusia, menatapnya penuh rasa iba.

“Selamat datang, pewaris kutukan…”

Suara bergema dari arah gerbang. Dua sosok prajurit laut muncul: tubuh mereka menyerupai manusia, tapi kulit bersisik hijau, mata berkilau seperti mutiara, dan memegang tombak berhiaskan kerang.

“Bawa dia menghadap Sang Ratu,” kata salah satu prajurit.

Arga hendak menolak, tapi kakinya tak bisa bergerak. Seolah ada kekuatan gaib yang mengikat tubuhnya.


Lorong Kehidupan yang Hilang

Arga digiring masuk melewati gerbang kristal. Di dalamnya, lorong panjang terbentang, dindingnya terbuat dari batu karang yang berkilau. Pada setiap sisi lorong, Arga melihat pemandangan mengerikan: bayangan manusia yang membeku di dalam karang, wajah mereka seolah berteriak minta tolong.

“Siapa mereka…?” bisik Arga.

Prajurit hanya menjawab singkat, “Mereka yang menolak takdir.”

Arga menelan ludah. Apakah kakaknya juga akan bernasib sama?


Legenda Nyi Roro Kidul – Perjalanan ke Istana Bawah Laut


Pertemuan dengan Raras

Setelah berjalan cukup jauh, Arga dibawa ke sebuah ruang luas berbentuk kubah, diterangi cahaya dari mutiara raksasa di langit-langit. Di sana, ia melihat sosok yang amat ia kenal—Raras!

Kakaknya duduk di kursi batu, wajahnya pucat tapi masih hidup. Ia mengenakan kain hijau yang asing, matanya tampak kosong.

“Raras!!” Arga berlari, tapi dua prajurit segera menghalangi.

Tiba-tiba, Raras berbicara lirih, “Arga… kenapa kau ke sini? Pergi sebelum terlambat…”

Air mata Arga menetes. “Aku tak akan pergi tanpa dirimu!”

Namun sebelum ia bisa menyentuh Raras, udara bergetar. Suara nyaring seperti gaung ombak terdengar dari segala arah.


Kemunculan Sang Ratu

Dari ujung ruangan, kabut hijau pekat perlahan terbentuk menjadi sosok wanita jelita. Rambutnya panjang terurai, berkilau seperti rumput laut di bawah cahaya bulan. Gaun hijaunya bergelombang seakan terbuat dari air itu sendiri.

Arga tahu, inilah Nyi Roro Kidul, sang Ratu Laut Selatan.

Ia menatap Arga dengan senyum lembut, tapi matanya menyimpan kekuatan yang menakutkan.

“Arga… akhirnya kau datang. Aku sudah menunggumu.”

Arga gemetar. “Lepaskan kakakku! Dia tidak pantas berada di sini.”

Nyi Roro Kidul melangkah anggun mendekat. “Raras kini milikku. Ia dipilih laut, dan takdir tak bisa kau lawan.”

“Tapi aku siap menggantikannya!” teriak Arga putus asa.

Senyum Nyi Roro Kidul melebar, seolah itulah jawaban yang ia nantikan.


Tawaran yang Berbahaya

“Bagus,” ucap sang Ratu. “Kau punya keberanian. Namun, pengorbanan tak semudah itu. Jika kau ingin menggantikan Raras, ada syarat.”

Arga menatapnya penuh curiga. “Syarat apa?”

Nyi Roro Kidul mengangkat tangannya. Tiba-tiba, dinding ruangan berubah menjadi bayangan ombak, memperlihatkan adegan-adegan dari masa lalu: nenek moyang Arga menolak memberikan sesaji di tepi pantai, lalu ombak besar menghancurkan perkampungan mereka.

“Leluhurmu menolak ikatan. Maka, darah keturunannya harus menebus dosa itu. Pilihannya sederhana: satu jiwa untuk lautan, atau seluruh garis keturunanmu akan dilanda malapetaka.

Arga terdiam. Itu berarti… kalau ia menolak, keluarganya bisa hancur semua.


Bisikan dari Dalam

Saat Arga kebingungan, ia mendengar bisikan samar dari arah Raras.

“Jangan percaya… Arga… dia menipumu…”

Arga menoleh cepat. Raras menatapnya dengan mata berkaca-kaca, seakan mencoba melawan kendali gaib yang menjeratnya.

Namun Nyi Roro Kidul hanya tersenyum tipis. “Kau boleh memilih. Tapi ingat, waktumu tidak banyak. Kalau kau ragu, lautan akan mengambil keputusan sendiri.”


Undangan dari Laut

Tiba-tiba, lantai kubah bergetar. Dari bawah, muncul lubang pusaran kedua, lebih besar daripada yang ada di pantai. Di dalamnya, tampak bayangan sosok-sosok hitam berwujud manusia, meronta seolah menunggu mangsa baru.

Nyi Roro Kidul menatap Arga, suaranya menggema seperti ombak pecah:

“Masuklah, Arga. Buktikan kesetiaanmu pada laut. Jika kau berani, kau akan selamatkan Raras. Jika tidak… keluargamu akan binasa.”

Arga berdiri di tepi pusaran, jantungnya berdentum keras. Satu langkah lagi, dan ia mungkin takkan kembali.


Bersambung ke Bab 3: Ujian Jiwa di Dasar Samudra

Posting Komentar

0 Komentar