Studi Kasus RPP Berbasis Pembelajaran Mendalam di Sekolah Dasar
Studi Kasus RPP Berbasis Pembelajaran Mendalam di Sekolah Dasar
Oleh: Hendro Utomo – Guru SD & Fasilitator PPM
Pembelajaran mendalam (deep learning) merupakan pendekatan yang menekankan proses belajar aktif, reflektif, dan kontekstual bagi siswa. Untuk memberikan gambaran nyata penerapan pendekatan ini, berikut kami sajikan dua studi kasus implementasi RPP Pembelajaran Mendalam di Sekolah Dasar, masing-masing dengan pendekatan yang berbeda.
📘 Studi Kasus 1: RPP Pembelajaran Mendalam Berbasis Proyek
Latar Belakang
Di SD Negeri Harapan Bangsa, kelas V, guru IPAS menghadapi tantangan kurangnya partisipasi aktif siswa dalam memahami konsep siklus air. Guru menyusun RPP dengan pendekatan pembelajaran mendalam agar pembelajaran lebih bermakna.
Identitas RPP
-
Mata Pelajaran: IPAS
-
Kelas/Semester: V / Genap
-
Topik: Siklus Air
-
Durasi: 2 x 35 menit
Dimensi profil lulusan
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME,
kewargaan,
kreativitas,
penalaran kritis,
kolaborasi,
kemandirian,
kesehatan, dan
komunikasi
Kerangka Pembelajaran
Praktik Pedagogik: Diskusi kelompok, bermain peran.
Lingkungan Belajar: Poster, video, suasana kolaboratif.
Kemitraan: Wawancara dengan petugas sekolah.
Digital: Menonton video, membuat poster digital.
Tujuan Pembelajaran
-
Menjelaskan proses siklus air secara ilmiah.
-
Merancang kampanye hemat air.
-
Merefleksikan pentingnya menjaga ketersediaan air bersih.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
-
Guru menyapa dan memulai pembelajaran dengan pertanyaan kontekstual seputar air.
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
-
Menjelaskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, menggembirakan.
❤️ Prinsip Utama PPM dalam Kegiatan Ini
✨ Berkesadaran
-
Guru sadar bahwa materi siklus air bukan sekadar hafalan, tapi untuk menyadarkan siswa akan krisis air global.
✨ Bermakna
-
Siswa membuat kampanye bukan untuk nilai, tetapi untuk tujuan nyata: mengajak teman-teman mereka peduli air.
✨ Menggembirakan
-
Proses kreatif, diskusi kelompok, dan presentasi membuat belajar jadi seru dan terasa hidup.
Kegiatan Inti
Pengalaman Belajar
-
Memahami: Menonton video siklus air dan diskusi kelompok.
-
Mengaplikasikan: Membuat kampanye hemat air.
-
Merefleksikan: Menulis jurnal tentang kebiasaan hemat air
✅ 1. Memahami
Siswa belajar:
-
Proses kondensasi, evaporasi, presipitasi
-
Pentingnya air dalam kehidupan
-
Ancaman kekurangan air akibat kebiasaan boros
📘 Sumber belajar: video animasi, diskusi kelas, eksperimen sederhana (menguapkan air)
✅ 2. Mengaplikasikan
Siswa diminta:
-
Mengidentifikasi kebiasaan boros air di rumah/sekolah
-
Membuat poster kampanye, brosur, atau video pendek
-
Menyusun pesan-pesan hemat air yang efektif
💡 Mereka bekerja dalam kelompok dan menyusun strategi kampanye sesuai kondisi sekolah.
✅ 3. Merefleksikan
Di akhir proyek, siswa menulis atau mendiskusikan:
-
Apa yang mereka pelajari?
-
Apakah mereka sendiri sudah hemat air?
-
Apa tantangan saat membuat kampanye?
📋 Guru memberikan panduan refleksi:
“Apa hal yang membuatmu berpikir lebih dalam hari ini?”
Kegiatan Akhir
-
Siswa dan guru merefleksikan hasil pembelajaran hari ini.
-
Guru menyimpulkan materi dan memberikan penguatan nilai-nilai Pancasila.
Asesmen Akhir Pembelajaran
-
Teknik: Tes
-
Bentuk: Soal Esai
-
Instrumen:
-
Jelaskan proses terjadinya hujan!
-
Mengapa penting melakukan kampanye hemat air di sekolah?
-
Apa yang kamu lakukan di rumah untuk menghemat air?
-
Ceritakan pengalamanmu saat membuat poster kampanye!
-
Apa saja nilai Pancasila yang kamu terapkan dalam kegiatan hari ini?
-
📗 Studi Kasus 2: RPP Pembelajaran Mendalam dengan Model Problem Based Learning (PBL)
Latar Belakang
Di SD Negeri Cendekia, kelas V, guru IPAS menyusun RPP dengan model Problem Based Learning karena siswa kurang memahami dampak kekurangan air bersih.
Identitas RPP
-
Mata Pelajaran: IPAS
-
Kelas/Semester: V / Genap
-
Topik: Ketersediaan Air Bersih
-
Durasi: 2 x 35 menit
Dimensi profil lulusan
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME,
kewargaan,
kreativitas,
penalaran kritis,
kolaborasi,
kemandirian,
kesehatan, dan
komunikasi
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME,
kewargaan,
kreativitas,
penalaran kritis,
kolaborasi,
kemandirian,
kesehatan, dan
komunikasi
Kerangka Pembelajaran
Praktik Pedagogik: Diskusi berbasis masalah.
Lingkungan Belajar: Observasi, zona diskusi.
Kemitraan: Wawancara dengan warga sekolah.
Digital: Poster digital kampanye.
Tujuan Pembelajaran
-
Mengidentifikasi masalah air bersih di lingkungan sekitar.
-
Mengusulkan solusi melalui kampanye hemat air.
-
Menyampaikan refleksi atas peran mereka dalam menjaga sumber air.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
-
Menyapa siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
-
Menayangkan video singkat tentang krisis air dan mengaitkan dengan prinsip pembelajaran.
Rumusan Masalah
"Bagaimana cara membantu masyarakat di lingkungan sekolah agar hemat air dan menjaga kebersihan sumber air?"
Kegiatan Inti
Langkah-Langkah Problem Based Learning
-
Orientasi Masalah: Menonton video krisis air (→ Memahami)
-
Pengorganisasian Belajar: Diskusi kelompok masalah air (→ Memahami)
-
Investigasi Mandiri: Wawancara petugas sekolah (→ Mengaplikasikan)
-
Pengembangan Solusi: Membuat kampanye hemat air (→ Mengaplikasikan)
-
Presentasi Hasil: Presentasi kelompok (→ Merefleksikan)
-
Refleksi dan Evaluasi: Diskusi nilai & pelajaran yang diperoleh (→ Merefleksikan)
Kegiatan Akhir
-
Guru membimbing refleksi pembelajaran bersama siswa.
-
Menyimpulkan hasil diskusi dan penguatan sikap positif.
Asesmen Akhir Pembelajaran
-
Teknik: Tes
-
Bentuk: Soal Esai
-
Instrumen:
-
Ceritakan kembali permasalahan air yang kamu pelajari!
-
Apa ide kampanye hemat air dari kelompokmu?
-
Bagaimana perasaanmu saat menyampaikan solusi di depan kelas?
-
Apa manfaat dari wawancara yang kamu lakukan?
-
Apa hal baru yang kamu pelajari hari ini?
-
🧠 Perubahan Pola Pikir Siswa Berdasarkan Karakteristik Akademik
Dalam dua studi kasus di atas, terdapat dua tipe siswa yang umum ditemukan di kelas: siswa dengan capaian akademik tinggi dan siswa dengan capaian akademik rendah.
Siswa dengan Nilai Tinggi
Awalnya, siswa dengan nilai tinggi cenderung fokus pada pencapaian nilai sempurna dan jawaban yang benar secara teori. Namun, dalam pembelajaran mendalam, mereka mulai terbiasa bekerja secara kolaboratif, mengekspresikan pendapat, dan memahami pentingnya proses, bukan hanya hasil. Mereka mulai mengembangkan pola pikir bertumbuh, menerima kritik dari teman, dan belajar mendengarkan.
Siswa dengan Nilai Rendah
Siswa dengan capaian rendah biasanya pasif dan kurang percaya diri. Namun, dalam dua model pembelajaran ini, mereka diberi ruang untuk berkontribusi sesuai kekuatan masing-masing, misalnya membuat poster, mencari informasi, atau menyampaikan hasil wawancara. Hal ini memberi mereka pengalaman sukses kecil yang membangun kepercayaan diri. Beberapa mulai berani bertanya, aktif berdiskusi, dan merasa dihargai.
Dampak Umum
Pendekatan pembelajaran mendalam yang kontekstual, berorientasi solusi, dan berbasis kolaborasi terbukti memberikan ruang tumbuh bagi semua jenis siswa. Perubahan tidak hanya terjadi pada penguasaan materi, tetapi juga pada cara berpikir dan sikap belajar mereka.
🎥 Tambahan Video Praktik Pembelajaran Mendalam
Untuk melihat praktik langsungnya di kelas, kamu bisa menonton video berikut ini:
(Atau embed video langsung di tengah artikel blog kamu jika menggunakan Blogger)
✍️ Penutup
Dua studi kasus di atas menunjukkan bahwa pembelajaran mendalam dapat diterapkan dengan berbagai pendekatan yang relevan dan kontekstual. Baik melalui proyek maupun pemecahan masalah, siswa belajar menjadi pembelajar aktif yang kritis dan reflektif.
Guru memiliki peran penting dalam merancang pengalaman belajar yang bermakna, menyenangkan, dan mampu membentuk karakter. Semoga dua studi kasus ini bisa menjadi inspirasi praktik baik di sekolah Anda.
Posting Komentar
0 Komentar